Senin, 01 Maret 2010

Tujuan Didirikannya Masjid

Maksud &Tujuan Didirikannya Masjid dan Milad 50th Masjid Nur, Germany

Huzur menilawatkan ayat 30 Surah Al Araf pada awal Khutbah Jumah beliau ini, sebagai berikut,
قُلۡ أَمَرَ رَبِّى بِٱلۡقِسۡطِ‌ۖ وَأَقِيمُواْ وُجُوهَكُمۡ عِندَ ڪُلِّ مَسۡجِدٍ۬ وَٱدۡعُوهُ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ‌ۚ كَمَا بَدَأَكُمۡ تَعُودُونَ
yang artinya: Katakanlah, “Tuhan-ku memerintahkan berbuat adil. Dan, pusatkanlah perhatianmu di setiap tempat ibadah, dan serulah Dia dengan mengikhlaskan keita'atan kepada-Nya. Sebagaimana Dia menciptakan kamu permulaan kali, demikian pula kamu akan kembali kepada-Nya.’ (Q.S. Al Araf : 30)
ٱلتَّـٰٓٮِٕبُونَ ٱلۡعَـٰبِدُونَ ٱلۡحَـٰمِدُونَ ٱلسَّـٰٓٮِٕحُونَ ٱلرَّٲڪِعُونَ ٱلسَّـٰجِدُونَ ٱلۡأَمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَٱلۡحَـٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِ‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
‘Yaitu,orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji Allah, yang bepergian pada jalan Allah, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh kepada kebaikan dan melarang keburukan dan yang menjaga batas-batas hukum Allah. Dan sampaikanlah kabar suka, kepada orang-orang yang beriman.’ (S. Al Taubah : 112)
Huzur bersabda, Khutbah Jumah saya ini merupakan Khutbah yang pertama di Masjid Nur, Frankfurt yang merupakan milad-nya yang ke 50 tahun. Ketika dulu Masjid ini dibangun, kapasitasnya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan pada waktu itu. Akan tetapi kini Jamaat telah berkembang pesat, oleh karena itulah para anggota Jamaat dari Cabang lain di sekitarnya diminta untuk tidak datang Jumatan pada hari ini ke Masjid ini.
Masjid Jamaat pertama yang berhasil dibangun di Jerman adalah yang di Hamburg; sedangkan Masjid Nur di Frankfurt ini adalah masjid Jamaat yang kedua.

Jamaat Jerman ingin merayakan milad ke 50 tahun berdirinya Masjid Nur ini karena akan mengundang para tokoh masyarakat dan tamu kehormatan. Dan Bapak Amir Nasional Jamaat Germany memohon agar saya berkenan hadir, yang untuk itu saya menyetujuinya karena ada peluang besar untuk menyampaikan pidato mengenai falsafah ajaran Islam kepada mereka. Meskipun para tamu undangan terhormat tersebut tentu saja akan mereka beri informasi mengenai Islam, namun Jamaat memandang lebih afdhol apabila saya sendiri yang langsung menyampaikannya.
Sebenarnya banyak Masjid Jamaat yang sudah berdiri sejak 75 atau bahkan 100 tahun yang lalu, namun makna berdirinya sebuah masjid tidaklah dicirikan dengan miladnya yang ke-50 ataupun yang ke-75, melainkan oleh kemukhlisan para Jamaahnya yang memakmurkan masjid tersebut dengan mendirikan Salat Lima Waktu yang dapat menghantarkan mereka menjadi insan-insan yang muttaqi.
Al Qur’an Karim maupun Hadiths-hadiths Rasulullah Saw telah banyak mengajarkan pentingnya dan keutamaan sebuah Masjid, yang menjadi kewajiban setiap orang Ahmadi untuk memahaminya, yang untuk itu saya akan mengingatkannya kembali.
Nama Masjid tempat saya menyampaikan Khutbah Jumah ini – yang hendaknya seluruh kaum Ahmadi sedunia mengetahuinya – adalah Masjid Nur. Dengan karunia Allah Taala, saya pun telah menyampaikan Khutbah mengenai sifat Al Nur Allah Swt pada dua Khutbah Jumah yang lalu.
Huzur bersabda, Masjid ini dan juga semua masjid lainnya yang berhasil kita bangun tujuannya adalah untuk menegakkan Nur Cahaya Ilahi di dalam setiap qalbu lalu menyebarkannya di sekitar lingkungan kita apapun nama masjidnya.
Inilah nur sejati yang Allah Taala telah kirimkan kepada Rasulullah Saw melalui Al Qur’an Karim, yang untuk periode akhir zaman ini, Dia pun menjadikan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. sebagai reflektor pemantul nur cahaya tersebut, sehingga dapat menyebar menyinari kembali seluruh dunia.
Namun sungguh malang, pemerintah negara Swiss, memberikan keleluasaan kepada partai politik mereka yang anti-Islam untuk mengadakan pungutan suara masyarakat yang menentang pembangunan menara Masjid yang sedang dibangun Jamaat.
Tetapi, hasil akhir jajak pendapat itu hanya 32% yang setuju atas pelarangan tersebut, sedangkan sebagian besar lainnya abstain atau tidak setuju.
Masyarakat Muslim di sana tak peduli atas insiden ini. Hanya Jamaat Imam Mahdi a.s. ini sajalah yang segera mengajukan keprihatinan mereka atas pelarangan ini dengan cara mengadakan berbagai pertemuan masyarakat, menemui para politisi untuk mendaftarkan keprihatinan mereka, dan terus memperjuangkannya. Beberapa politisi yang memahami kekeliruan pandangan ini segera meminta maaf.
Di ibukota Zurich beberapa aksi unjuk rasa dilakukan oleh masyarakat setempat yang menentang pelarangan yang konyol tersebut.
Tetapi ada pula seorang politisi yang menjadi Ketua Nasional suatu parpol yang malah lebih jauh mengatakan bahwa jilbab pun harus dilarang. Namun, para anggotanya justru menentangnya, bahkan meminta agar ia menyatakan permohonan maaf secara terbuka di televisi. Sedangkan Ketua ad interim - yang menggantikannya sementara waktu - mengirim surat bernada dukungan kepada Bapak Amir Nasional Jamaat Switzerland. Begitulah, dimana-mana selalu saja ada salah seorang di antara mereka yang berbudi baik.
Huzur bersabda, Jamaat Ahmadiyah tampil membela Islam di manapun berada; sementara mereka yang menamakan dirinya para Pembela Islam hanya bisa saling mengecam atau bermain-main dengan nyawa orang-orang yang tak berdosa. Tetapi mereka itu masih juga menunggu-nunggu kedatangan Imam Mahdi. Mereka mengatakan, bahwa mereka sudah memiliki nur petunjuk dalam bentuk Rasulullah Saw Khataman Nabiyyin dan Al Qur’an, Kitab yang sudah sempurna.
Kita pun berakidah demikian, malah memiliki keimanan yang lebih besar dalam hal ini. Namun, agar dapat mengambil bagian dalam menikmati karunia nur hidayah Ilahi, sesuai dengan kabar gaib Allah Swt dan nubuatan Rasulullah Saw, kedatangan seorang wujud yang khas untuk akhir zaman ini diperlukan untuk membumikan kembali nur tersebut.
Ada pula sebuah stasiun TV satelit Spanyol yang menyiarkan ketidak-setujuan mereka terhadap kebijakan pemerintah Swiss yang melarang pembangunan menara Masjid kita tersebut; ditambah dengan penayangan gambar Masjid Jamaat di Pedro Abad [Spanyol], lengkap dengan wawancara beberapa penduduk asli setempat yang menyatakan ketidak-setujuan mereka terhadap aksi pelarangan itu. Justru sebaliknya mereka sangat menghormati Masjid kita, yang mereka katakan senantiasa menyiarkan kecintaan kepada sesama dan hidup harmonis. Malah ada salah seorang tokoh di antara mereka yang mengatakan, orang-orang Jamaat ini adalah kaum yang benar-benar cinta damai, oleh karena itu kita perlu mendukung mereka.
Inilah inqilabi haqiqi, revolusi rohani sejati yang dibawakan oleh Jamaat Imam Mahdi setelah mendapat gemblengan tarbiyat dari falsafah ajaran beliau a.s.; yakni: Masyarakat negara yang beberapa puluh tahun lalu begitu sulit menyambut keberadaan orang-orang Muslim, kini bahkan secara terang-terangan menyatakan di dalam siaran TV mereka: Dikarenakan demikian damainya Jamaah Muslimin [Ahmadiyah] yang satu ini, maka kita patut menyokong mereka.
Yang paling menggelikan memang adalah pelarangan pembangunan menara masjid. Karena, kalaupun misalkan semua kaum Muslimin adalah ekstrimis, dapatkah pelarangan tersebut menghentikan ke-ekstriman mereka ?
Kata minar (atau minaret) berasal dari akar kata nur. Maka, maksud dan tujuan keberadaan sebuah menara masjid adalah memanggil manusia dari suatu ketinggian untuk menyembah Allah Al Wahid. Di zaman dulu ketika masih belum ada tenaga listrik, maksud ini terpenuhi.
Namun di zaman sekarang ini, minaratul-masjid di berbagai negara Muslim telah menjadi suatu sarana untuk menyimpan loud-speaker untuk mengumandangkan suara Adhan.
Huzur bersabda, bila keberatan terhadap hal ini diajukan, tentulah hal yang sama harus diberlakukan terhadap menara-menara gereja. Namun, kita tidak bermaksud untuk itu. Maksud dan tujuan keberadaan sebuah minaratul-masjid adalah untuk mengumandangkan Adhan, yakni: Menyiarkan Keesaan Tuhan; Menyatakan bahwa Muhammad Saw adalah Rasul Allah; Menyeru manusia agar segera beribadah Salat, karena inilah tujuan utama keberadaan kita; dan menyeru: Inilah jalan untuk mencapai falah, yakni kesejahteraan hidup di dunia maupun Akhirat. Demikianlah betapa elok dan simpatiknya pesan yang disiarkan oleh setiap minaratul-masjid.
Meskipun pada faktanya kita pun dapat mengajukan berbagai keberatan terhadap keberadaan menara gereja, namun kita tidak ingin melakukannya, karena kita tak berkehendak mengusik sentimen keagamaan orang lain. Kita senantiasa menghormati keberadaan gereja maupun kuil-kuil peribadatan, karena Al Qur’an bukan saja memerintahkannya demikian, bahkan juga wajib untuk melindunginya.
Media pers Jerman pada 50 tahun yang lalu mempublikasikan peresmian Masjid Nur ini, hal ini menunjukkan sikap mulia para wartawannya pada waktu itu. Lebih dari 70 surat kabar yang mewartakannya, yang utamanya mengatakan sebagai berikut: ‘Sebuah bangunan Masjid berwarna putih lengkap dengan menaranya yang tinggi nan indah telah selesai dibangun di Frankfurt.’; Sebuah Rumah Allah di Frankfurt’; ‘Islam tengah bergerak menuju Benua Europa: Kaum Muhammad [Saw] awalin yang dulu berhasil mencapai Prancis Selatan dengan bantuan pedang, kini mereka hanya berbekal senjata doa,...., sekte Islam yang khas dan telah berhasil membangun beberapa masjid di berbagai wilayah Europa ini, adalah kaumnya Mirza Ghulam Ahmad Qadiani [a.s.]…’.
Huzur bersabda, patut pula diingat, ketika itu hanya ada beberapa gelintir saja orang Ahmadi di Germany ini. Namun, karena pesan tabligh yang disampaikan oleh Masjid ini memadai, maka media pers pun membantu menyebar-luaskan amanat Rasulullah Saw dan Mahdi-nya dengan penuh hormat.
Kini, jumlah kaum Ahmadi di Germany telah berkembang pesat, oleh karena itu hendaknya mereka pun berusaha keras untuk menyajikan citra ajaran Islam yang sejati.
Berbagai minaratul-masjid yang ada sekarang ini sebenarnya sama eloknya sebagaimana dahulu, namun tampaknya orang zaman sekarang ini sudah kehilangan sikap adil (fair-mindedness) mereka. Sehingga Islam ditampilkan dengan citra yang negatif; dan sebagian media pers ikut berperan tidak konstruktif dalam hal ini.
Kemarin ini ada pemberitaan, bahwa seorang warga negara Inggris membunuh anak perempuannya yang baru berusia 15 tahun, yang pemberitaannya sebagai berikut: ‘Seorang warga Muslim membunuh anak perempuannya sendiri’.
Namun, bila perbuatan kriminal semacam ini atau bahkan lebih buruk lagi dilakukan oleh orang berkulit putih, media pers tidak pernah mencantumkan bahwa ia orang Kristen ataupun Yahudi. Tetapi, bila sang pelaku orang Muslim, selalu saja dikaitkan dengan agamanya. Ini menunjukkan adanya suatu aksi tertentu yang bersifat menentang Islam.
Adalah kewajiban seluruh kaum Muslimin yang hidup di negara-negara Barat untuk memperbaiki keadaan mereka, lalu tampil menghadapi tantangan ini. Akan tetapi memang di zaman sekarang ini tidak semua orang mampu melakukan tugas ini. Melainkan, hanya ditekadkan oleh Jamaah Imam Mahdi sejati ini saja. Tugas ini berada di pundak mereka yang telah mengambil Baiat seorang hamba dan pecinta sejati Rasulullah Saw, sehingga jiwa mereka pun terpanggil untuk itu.
Nur hidayah Ilahi ini hendaknya dapat disampaikan kepada setiap orang Europa melalui keberadaan Masjid-masjid kita. Hal ini akan terlaksana hanya apabila diri kita merasa terkait dengan masjid tempat kita berada sambil membina ketaqwaan. Makna dan mulianya keberadaan sebuah masjid hendaknya senantiasa berada di dalam pikiran kita.
Huzur bersabda, ayat Al Quran pertama yang telah saya tilawatkan tadi, yakni Surah Al Araf ayat 30, memberikan tarbiyat yang sangat elok.
Setengah orang mengatakan, masjid sekarang sudah menjadi sarang kaum ekstrimis, Padahal, perintah pertama ayat ini ialah agar menegakkan keadilan. Barulah kemudian diperintahkan untuk menyembah Tuhan. Dan untuk dapat memenuhi kewajiban haququllah sepenuhnya, perlu membersihkan qalbu terlebih dahulu,
Al Qur’an Karim mencantumkan, wa idza hakamtum bainannas antahkumu bil adli, :
وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِ‌ۚ
yakni, ‘…dan apabila kamu menghakimi di antara manusia, hendaklah kamu memutuskan dengan adil …’ (Surah 4 / An-Nisa ayat 59).
Falsafah ajaran ini tidak hanya memerintahkan agar memberikan keputusan yang adil di antara sesama kaum Muslimin saja, melainkan juga untuk seluruh manusia, sebagaimana pula diperintahkan-Nya:
وَلَا يَجۡرِمَنَّڪُمۡ شَنَـَٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْ‌ۚ
‘…Dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil…’(S.Al Maidah : 9).
Huzur bersabda, masjid adalah suatu tempat bagi manusia untuk dapat bersujud di hadapan Tuhannya dengan penuh ketaqwaan setelah memenuhi kewajiban mereka berbuat adil kepada sesama.
Kata ‘masjid’ itu sendiri berasal dari akar kata ‘sajadah’ (yang artinya sujud), yakni, suatu pernyataan itaat dan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah. Inilah yang diperintahkan oleh ayat-ayat Al Quran tersebut; ketika waktu untuk Salat telah datang, serulah Allah di masjid, karena hanya Dia-lah yang dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus. Hanya Allah-lah yang dapat menciptakan sikap ‘sujud’ yang sempurna di dalam diri kita, Hanya Allah-lah yang dapat memberi kita keikhlasan beriman dan patuh menjalankan berbagai perintah-Nya. Hanya Allah-lah yang dapat memudahkan kita untuk memenuhi segala kewajiban yang terkait dengan berbuat adil. Hanya Allah-lah yang dapat membuat kita selalu ingat terhadap kewajiban haququllah dan haququl ibad; sebagaimana hari ini kami bersimpuh di hadapan Engkau, kami bersujud di hadapan Engkau, Ya Allah, agar dimudahkan untuk memenuhi segala kewajiban kami.
Mukmin sejati adalah mereka yang teguh imannya kepada Akhirat; tak dapat melakukan sesuatu perbuatan yang memahrumkan dirinya dari keberkatan adanya Akhirat. Orang yang tidak tertarik untuk melakukan setiap bentuk amal shalih, maka tahapan rohaninya pun akan terkekang.
Tidak boleh timbul suatu pertanyaan besar: Bagaimana mungkin di satu pihak mereka datang ke masjid untuk menyembah Tuhan dan untuk mencari keridhaan-Nya, namun di lain pihak, dari masjid mereka itu juga keluar berbagai suara kebencian yang menimbulkan keonaran.
Masjid adalah simbol adanya pemenuhan kewajiban terhadap haququllah maupun haququl ibad; dan menaranya adalah salah satu sarana untuk mencapai maksud tersebut, yakni untuk menyeru manusia melaksanakannya.
Kini, adalah kewajiban kita kaum Ahmadi untuk menyampaikan kepada dunia mengenai Islam yang sebenarnya. Kelanggengan dunia sekarang ini terletak kepada penerimaan mereka terhadap keberadaan Allah Al Wahid dan berusaha untuk mencari Nur hidayah-Nya. Dimanakah dapat dtemukan nur cahaya tersebut ? Ialah di dalam diri Rasulullah Saw dan Kitab [Al Quran] yang berisi Syariat yang sempurna. Hanya Kitabullah inilah yang dapat dijadikan sumber kelanggengan dan jaminan untuk menegakkan perdamaian dunia, sebagaimana firman-Nya di dalam Surah Al Taubah ayat 112 tersebut, yakni yang menyebutkan beberapa sifat kaum Mukminin sejati.
Pertama, ialah, mereka yang bertobat, yakni, telah memisahkan diri mereka dari berbagai macam amal buruk.
Kedua, rajin beribadah. Yakni, jika memang mereka sudah tertarik kepada Tuhan, tentulah mereka pun tertarik untuk menyembah-Nya. Seorang mukmin sejati yang memiliki iman yang sempurna senantiasa menyadari dan berusaha keras, bahwa jika tidak menyembah Allah, hidupnya serasa tak sempurna. Huzur bersabda, ada laporan yang sampai kepada saya, kehadiran jamaah di Masjid ini tidak dawam. Bahkan ada media pers lokal yang menyampaikan bahwa 'Masjid yang dulu dimakmurkan oleh jamaahnya dengan Salat Lima Waktu, kini hanya dipakai untuk Salat Jumat saja'.
Oleh karena itu saya mohon agar hal ini diperbaiki.
Pada berbagai kesempatan peletakan batu pertama pembangunan masjid, ada beberapa kalangan seringkali bertanya: Mengapa kita membangun masjid ? Pada kesempatan lainnya, media pers yang mengajukan pertanyaan ini kepada saya. Jawabannya sederhana, ialah karena Salat Berjamaah sangat diutamakan di dalam agama kami, maka kami pun perlu membangun masjid. Salat yang ikhlas akan mencederungkan jiwa untuk memenuhi haququllah dan haququl ibad.
Sedangkan mereka yang Salatnya tidak demikian, Al Qur’an mengatakan, fawailullil mushallin:
فَوَيۡلٌ۬ لِّلۡمُصَلِّينَ
‘Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat’ (S. Al Maun : 5).
Sifat mukmin sejati yang Ketiga, adalah mereka yang senantiasa ber-tahmid memuji Allah, dan mereka yang ber-tahmid dengan sempurna adalah mereka yang yakin sepenuhnya, bahwa Allah adalah Pemilik segala sifat yang istimewa; maka ia pun taat kepada Allah dengan cara menjalankan berbagai macam perintah-Nya.
Sifat Keempat, ialah mereka yang al amiruna bil ma'ruf wa nahunna anil munkar, yang senantiasa menyeru kepada amar maruf wa yanha anil fahsya, dan juga mereka yang menjaga batas-batas hukum Allah. Apakah maksudnya ini ? Ialah semua perintah Allah yang tercantum di dalam Al Qur’an Karim. Seorang mukmin sejati senantiasa wajib menjaga dirinya agar tetap berada di dalam batas-batas hukum Allah.
Kelima, kepada mereka inilah Allah Taala berkenan untuk memberi kabar suka, sehingga berbagai bentuk cercaan maupun penentangan tidak menyurutkan keimanan mereka sedikitpun.
Keenam, sebagai tambahannya, Allah pun memberi kabar suka kepada mereka yang ber-musafar di jalan Allah; yakni mereka yang melangkahkan kakinya demi untuk ber-Dawat Ilallah menyampaikan kebenaran. Termasuk di dalamnya adalah juga mereka yang mendapatkan berbagai macam kesulitan di dalam negerinya sendiri, sehingga mereka pun terpaksa harus berhijrah ke negara lain sebagaimana diperintahkan oleh Allah Taala.
Dan negara-negara Barat adalah yang utamanya menyediakan fasilitas untuk itu, yang salah satunya adalah pemerintah negara German yang telah berkenan menerima dan mempersilakan mereka untuk tinggal di sini. Maka hendaklah selalu diingat, jika tujuan utama kita adalah untuk mencari Keridhaan Ilahi, dan dimasukkan ke dalam golongan orang yang beramal shalih, dan ber-Dawat Ilallah demi untuk membantu menyelamatkan masyarakatnya, laksanakanlah segala perintah Allah, sekaligus mentarbiyati generasi muda kita tentang pentingnya perkara ini. Jika tidak, para penentang Islam akan membenarkan aksi mereka dengan mengatakan: Kami tak peduli tentang ajaran sesuatu agama; yang kami jadikan bulan-bulanan adalah perbuatan kalian.
Setiap Ahmadi yang baik akan sangat berhati-hati agar jangan sampai mendatangkan citra buruk kepada Jamaat Ahmadiyah, Islam sejati; disebabkan tingkah laku kita. Ingatlah senantiasa sabda Hadhrat Masih Mau'ud a.s.: Janganlah mendatangkan sesuatu keburukan kepada kami setelah tuan-tuan berjamaah dengan kami'.
Setiap Ahmadi hendaknya menyadari bahwa kini mereka dapat meningkatkan standar kehidupan dan memiliki kesempatan kebebasan hidup di negara ini, berkat Jamaat Ahmadiyah. Oleh karena itu laksankanlah kehidupan sehari-hari kalian sedemikian rupa yang dapat mendatangkan keridhaan Ilahi.
Allah Taala telah memberi status yang mulia kepada kaum Muslimin; dan kaum Ahmadi adalah mereka yang telah mengambil Bai’at Imam Mahdi a.s., maka wajiblah anda sekalian berusaha keras untuk mencapai kemuliaan yang setinggi-tingginya lalu menjaganya.
Hal ini sebagaimana telah difirmankan Allah Taala:
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ
‘Kamu adalah umat terbaik, yang dibangkitkan demi kebaikan umat manusia…’ (3:111).
Sekarang ini, apapun agamanya, rasa kemanusiaan yang baik adalah yang terkait dengan keberadaan anda sekalian (Jamaat). Ini adalah suatu kehormatan besar yang tidak diberikan secara cuma-cuma, melainkan dikaruniakan Allah karena anda sekalian 'meyerukan al amiruna bil ma'ruf wa nahunna anil munkar
Setiap Ahmadi hendaknya ingat, tugas kita adalah meruntuhkan tembok kebencian dengan cara memperlihatkan contoh amal kebaikan, rajin beribadah, memakmurkan masjid, menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur; mensyukuri bumi tempat kita berpijak yang tadinya disempitkan, namun hikmahnya kita dapat menyebar ke seluruh dunia. Ini semata-mata dengan karunia Allah Taala.
Dulu, timbulnya tembok penghalang kebencian dan ketidak-percayaan disebabkan perbuatan buruk segelintir orang Muslim, Maka kaum Ahmadi hendaknya tampil membela Islam dengan cara melaksanakan ajarannya yang sejati.
Kini, kita perlu mengundang dunia untuk datang dan melihat keadaan sebuah masjid yang sebenarnya, dan apa fungsi menaranya, Undanglah mereka untuk menyaksikan eloknya akhlakul karimah, apa itu amal maruf dan nahi munkar serta ganjaran pahala yang akan diperoleh bila kita menyerukannya, Undanglah dan jelaskanlah betapa kedamaian dunia dapat ditegakkan melalui pesan ini. Hal ini menuntut tanggung jawab besar yang telah diletakkan pada pundak kaum Ahmadi yang perlu dilaksanakan dengan cara mempraktekkan falsafah ajaran Islam Ahmadiyah; Islam yang sejati.
Setiap Ahmadi, baik pria maupun wanita, anak-anak maupun remaja, hendaknya teguh keyakinannya untuk mengorbankan jiwa, raga, harta, waktu dan kehormatan untuk itu.
Jika kita tidak mampu membedakan diri dengan Muslimin lain, maka kita pun tak dapat membela Islam.
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: Tuan-tuan maupun kaum lainnya sama berhaknya untuk mendakwakan sesuatu, namun Allah tidak akan ridha atas sesuatu pernyataan belaka.
Untuk dapat menjadi khair ummah, kita perlu menyajikan contoh prakteknya, Semoga Allah Taala memudahkan untuk itu.
Selanjutnya Huzur mengingatkan: Pada berbagai kesempatan peresmian masjid, telah menjadi kebiasaan apabila ruangan masjidnya terlalu kecil untuk melaksanakan sesuatu resepsi, maka dipasanglah karpet di lantai. Hal ini hendaknya jangan dilakukan lagi di masa-masa yang akan datang. Jika suatu resepsi dipandang perlu sehubungan dengan peresmian sebuah masjid, pasanglah tenda di halaman luar. Tak boleh ada acara makan minum di dalam ruangan masjid. Hal ini hendaknya dicatat baik-baik oleh Jamaat di seluruh dunia.


_______________
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba pada 18 Desember 2009, di Masjid Al Nur, Frankfurt, Germany
Blogged with the Flock Browser