Senin, 01 Maret 2010

Sifat An-Nur Allah Swt (bagian 3)

Allah Taala Berfirman:
أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُ ۥ لِلۡإِسۡلَـٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ۬ مِّن رَّبِّهِۦ‌ۚ فَوَيۡلٌ۬ لِّلۡقَـٰسِيَةِ قُلُوبُہُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ فِى ضَلَـٰلٍ۬ مُّبِينٍ
Terjemahan ayat ini adalah sebagai berikut, ‘Apakah orang yang Allah telah bukakan dadanya untuk menerima Islam, maka ia mendapat nur cahaya dari Tuhannya, sama dengan orang-orang keras hatinya ? Maka, celakalah mereka yang hatinya keras dari mengingat Allah! Mereka itulah yang berada di dalam kesesatan yang nyata.’ (Q.Surah 39 / Al Zumar ayat 23)
Tak diragukan lagi, Allah Swt-lah yang mampu membimbing manusia ke arah dan mengaruniai petunjuk hidayah-Nya, sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur’an Karim,
إِنَّكَ لَا تَہۡدِى مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ يَہۡدِى مَن يَشَآءُ‌ۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
‘Sesungguhnya engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang engkau cintai; tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki; dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang akan mendapat petunjuk.’ (Surah 28 / Al Qashash : 57).
Dan adalah dambaan Rasulullah Saw agar dunia mau menerima nur (cahaya) yang beliau bawa, yakni nur petunjuk Ilahi sebagaimana yang beliau perlihatkan. Sehingga, setelah dunia mampu menyerap dan menyinari qalbu mereka dengan nur Ilahi ini, mereka pun memperoleh qurb, kedekatan dengan-Nya. Ini dikarenakan beliau sangat memahami, konsekwensi penolakan terhadap nur Allah Taala ini, ialah sama dengan mengundang kemurkaan-Nya. Sedangkan qalbu beliau dipenuhi dengan cinta kasih terhadap sesama. Tak sanggup melihat seorang pun manusia yang mangkat dari dunia yang fana ini tanpa menerima sesuatu nur hidayah Ilahi. Oleh karena itulah beliau pun senantiasa bangun di tengah malam untuk beribadat dan memohon kepada Allah Taala dengan hati yang pilu. Kondisi keprihatinan beliau terhadap nasib umat manusia itulah yang disitir oleh ayat Quran ini,
لَعَلَّكَ بَـٰخِعٌ۬ نَّفۡسَكَ أَلَّا يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ
yang artinya, ‘Boleh jadi engkau akan membinasakan dirimu disebabkan mereka tidak mau beriman.’ (Q.Surah 26 / Asy Syuara : 4).
Dengan kata lain, Allah Taala menyatakan, hanya Dia-lah yang mampu memberi karunia petunjuk; Dia-lah Yang Maha Mengetahui mereka yang berbagai ikhtiarnya akan diberi pahala hidayah dan mereka pun berharap untuk memperoleh petunjuk. Itulah ciri orang yang telah diberi petunjuk dan menerima seberkas nur cahaya yang telah dikaruniakan kepada Allah Taala. Qalbu mereka disinari oleh nur Ilahi dan senantiasa dipenuhi cinta dan ingat kepada Allah. Sehingga, mereka pun menjadi pewaris keridhaan-Nya.
Keelokan falsafah ajaran Islam memenuhi qalbu mereka, dan mereka pun senantiasa berupaya untuk meningkatkan maqom kecintaan mereka kepada Allah dan Rasulullah Saw. Maka hal ini pun mengarahkan mereka kepada jalan lurus yang tak berkesudahan; ilmu dan kerohanian mereka meningkat terus. Manakala sinar kerohanian mukminin sejati ini terpendar, maka orang-orang yang berfitrat suci pun mampu menyerapnya. Allah Taala menyatakan di dalam Al Qur’an Karim:
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُ ۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُ ۥ لِلۡإِسۡلَـٰمِ‌ۖ وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُ ۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُ ۥ ضَيِّقًا حَرَجً۬ا ڪَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ‌ۚ ڪَذَٲلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ
‘Maka, barangsiapa yang Allah menghendaki supaya diberi petunjuk kepadanya, Dia membukakan dadanya untuk Islam; dan barangsiapa yang Dia menghendaki supaya Dia membiarkannya sesat, Dia menjadikan dadanya sangat sempit, seakan-akan ia sedang naik ke langit. Seperti itulah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman.’ (Surah 6 / Al An'am : 126).
Adalah sudah menjadi sunnah Allah Taala, Dia menggenggam karunia petunjuk di dalam tangan-Nya. Sinar matahari memberikan cahaya terang benderangnya siang hari. Akan tetapi, orang yang menutup semua pintu dan jendela rumahnya tentulah memahrumkan dirinya sendiri dari faedah tersebut, Dalam dunia rohani, nur hidayah Ilahi hanya datang kepada mereka yang membuka pintu dan jendela hatinya. Reaksi orang tersebutlah yang dapat menyerap karunia Ilahi, sehingga ia pun mendapatkan petunjuk-Nya. Allah sama sekali tidak bersikap tak adil. Bahkan Dia itu mendatangi dengan dua langkah kepada manusia yang berjalan satu langkah kepada-Nya, dan berlari menyambut mereka yang melangkah cepat menuju kepada-Nya. Dengan demikian, hikmah ayat Quran, famay-yuridillahu ayyahdi yahu...(Q.Surah 6 / Al An'am : 126),
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ
yakni, ‘Maka, barangsiapa yang Allah menghendaki supaya diberi petunjuk…’, ialah, Dia Maha Mengetahui mereka yang berhasrat dan bergairah dalam usahanya untuk mendapatkan ridha Ilahi, yang dalam prosesnya mereka pun ikhlas menerima segala perintah-Nya. Maka Allah Taala pun terus menerus membukakan pintu hati mereka, sehingga mereka itu pun lebih dalam lagi memahami ajaran Islam yang sejati. Ibadat mereka, puasa, Haji dan perbuatan amal shalihnya semata-mata lillahi Taala. Tidak untuk maksud duniawi..
Setengah orang yang bernasib malang melupakan berbagai perintah Allah; menganggap agama sebagai sesuatu yang tidak diperlukan. Sedangkan sebagian lagi justu menganggap agama kepercayaannya adalah segalanya, sehingga tak mau menerima kebenaran Islam. Menurut pendapatnya mereka benar, namun dalam pandangan Allah, mereka tidak beriman dengan benar, karena setelah kedatangan Rasulullah Saw dengan ajaran Syariat-Nya yang terakhir, berdasarkan firman-Nya ini:
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَـٰمُ‌ۗ
‘Sesungguhnya, agama yang benar disisi Allah ialah Islam…’ (Q.Surah 3 / Al Imran : 20).
Ini dikarenakan syariat Islam mengajarkan keitaatan yang sempurna dan berbagai kiat untuk memenuhi kewajiban haququllah dan haququl ibad. Tak ada agama lainnya yang mampu menunjukkan kepada kita berbagai jalan menuju kemajuan rohani. Oleh karena itu maksud ayat,
وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا
‘…dan barangsiapa yang Dia menghendaki supaya Dia membiarkannya sesat, Dia menjadikan dadanya sangat sempit dan tertutup…’, (Surah 6 / Al An'am : 126). adalah bukan semata-mata Allah yang menutup hati manusia.
Ketika Allah mengutus Adam a.s., Dia pun telah memperingatkan, bila ia memilih jalan taqwa maka ia pun akan memperoleh nur hidayah-Nya; tetapi jika mengikuti jalan Syaitan, maka ia pun akan menjadi sasaran kemurkaan-Nya. Oleh karena itu, amal perbuatan manusia sendirilah yang dapat menutup mata hati mereka.
Mereka yang menganggap syariat perintah Allah sebagai beban, berarti menutup karunia Allah atas dirinya sendiri. Jantung hati mereka menjadi sempit laksana orang yang sedang memanjat tebing yang tinggi. Padahal adalah Allah Maha Pemurah, yakni, setiap kali dunia menghadapi demikian banyak kekacauan dan korupsi, Dia pun mengutus rasul-Nya untuk memperbaiki. Para rasul Allah itu tampil menjalankan risalah mereka dengan menghadapi berbagai tantangan berat. Dan insan yang paling berprihatin dikarenakan sifat kasih sayangnya kepada seluruh umat manusia, dia itulah Rasulullah Saw yang Allah Taala telah memfirmankannya sebagai berikut, (26:4),
لَعَلَّكَ بَـٰخِعٌ۬ نَّفۡسَكَ أَلَّا يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ
‘Boleh jadi engkau akan membinasakan dirimu disebabkan mereka tidak mau beriman.’ (Q.Surah 26 / Asy Syuara : 4)
Mereka yang secara sadar jatuh ke dalam lembah dosa dan tak bertekad untuk meninggalkan jalan yang salah, tak akan ditunjuki jalan yang lurus oleh Allah Taala. Inilah alasannya mengapa demikian banyak peringatan di dalam Al Qur’an. Nasib mereka tidak sesederhana dikarenakan oleh pengaruh zaman, karena setelah kedatangan Rasulullah Saw, tak boleh lagi ada orang yang menjadi sesat. Orang yang mengatakan dirinya Muslim, kemajuan rohani bagi mereka adalah suatu keniscayaan. Pada kenyataannya Al Qur’an telah mencantumkan berbagai perintah mengenai pentingnya mendirikan Salat.
Perbanyaklah Istighfar dan amal shalih setelah masuk Islam. Telah diingatkan di dalam Al Quran, bila tidak menunjukkan keitaatan yang sempurna, maka murka Ilahi pun akan datang.
Islam adalah agama dengan Syariat yang terakhir. Inilah minaratul-nur terakhir yang dunia akan mencari sinar petunjuk di dalamnya hingga hari kiamat.
Dan Allah akan sentiasa mengutus insan-insan kamil (Mujaddid) yang demikian itaat dan cintanya kepada Rasulullah Saw, yang akan membimbing umat ke jalan shiratal-mustaqim. Salah seorang di antaranya adalah Khatamul Khulafa (yang paling afdhol di antara semua Khalifah); yang akan diberi pangkat kenabian; untuk menyempurnakan tugas risalah Rasulullah Saw di dunia, ialah untuk menyebarkan nur hidayah Ilahi ke segala penjuru.
Allah Taala telah banyak menubuatkan hal ini dan diingatkan pula di dalam berbagai Hadith. Telah menjadi dambaan hamba dan pecinta sejati Rasulullah Saw ini untuk menghilangkan segala bentuk syirik dari dunia ini. Kondisi dunia Islam telah jatuh hingga ke titik nadir ketika Hadhrat Masih Mau'ud a.s. diutus.
Ribuan orang Islam telah masuk Kristen. Dan keadaan mereka sekarang pun demikian, yakni, mereka mengaku telah mendapat petunjuk namun saling membunuh. Apakah membunuh orang-orang yang tak berdosa. berwatak serong, sogok menyogok dan menghilangkan hak orang banyak adalah bagian ajaran Islam?
Zaman akhir ini memerlukan seorang utusan Ilahi yang dikirim sesuai dengan janji-Nya, yang tujuannya adalah untuk menghidupkan kembali ajaran Islam dan menyinari qalbu manusia dengan nur cahaya Ilahi yang Allah Taala telah karuniakan kepada beliau. Beliau a.s. melaksanakan tugas risalahnya dengan penuh kesabaran dan derita, sehingga Allah Taala pun mewahyukan kepada beliau sebagai berikut, ‘Apakah engkau akan membinasakan dirimu sendiri disebabkan deritamu karena mereka tak mau beriman ?’ (Tadhkirah, hlm. 794).
Maksud ayat 126 Surah Al An'Am itu adalah untuk mengingatkan umat Islam pada umumnya, dan juga kaum Ahmadi, yakni, bila mengaku sebagai Muslim, hendaklah sentiasa ingat, Islam artinya adalah tunduk sepenuhnya.
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, sebagian besar manusia tidak tertarik untuk mensucikan qalbunya dengan sebenar-benarnya; tak cinta kepada Allah maupun makhluk ciptaan-Nya. Tak peduli lagi kepada: Kesabaran, Mensyukuri karunia, Keadilan, Kerendahan hati, Akhlakul Karimah, Taqwa, Kesucian dan Kejujuran yang kesemuanya merupakan intisari ajaran agama. Tujuan utama agama adalah untuk mengenali Allah, Tuhan Yang Sejati; untuk mencapai maqom panasnya kecintaan kepada Allah hingga membakar kecintaan kepada segala hal yang lain, kecuali hanya cinta kepada-Nya saja.
Huzur bersabda, tahapan maqom yang tinggi tersebut dapat diperoleh melalui nur hidayah yang Allah Taala telah kirimkan, ialah nur Rasulullah Saw, dan Al Qur’an Karim.
Menjelaskan kembali tafsir ayat 23 Surah Az Zumar, Huzur bersabda, qalbu manusia menjadi keras dikarenakan mereka melupakan dzikir Ilahi. Padahal Allah Taala telah menyatakan, berdzikrullah adalah amal nyata untuk memperoleh qurb Ilahi.
Dzikrullah ini pun memiliki berbagai arti, yang salah satunya adalah dalam bentuk Al Qur’an Karim (al-Dzikra), sebagaimana firman-Nya,
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ
‘Sesungguhnya, Kami-lah Yang menurunkan Peringatan (Al Quran) ini, dan sesungguhnya Kami-lah Penjaga-nya.’ (Q.Surah 15 / Al Hijr : 10),
Huzur bersabda, ayat ini pun mengandung nubuatan kedatangan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., yang telah mengatakan bahwa, segolongan penentang akan berusaha untuk menghancurkan al-Dzikra ini. Maka Allah pun akan menjaganya melalui salah seorang utusan-Nya. Sudah diketahui umum, di zaman awal kebangkitan Hadhrat Masih Mau'ud a.s., serangan dari pihak Kristen demikian gencarnya. Di India, ribuan umat telah masuk Kristen. Maka pada saat itulah Allah Taala mengutus Al Masih Al Mahdi untuk mempertahankan Islam, dengan cara memenuhi qalbu mereka dengan nur hidayah falsafah ajaran Islam yang sejati.
Kini pun, berbagai aksi penentangan terhadap Islam timbul lagi di kalangan berbagai kaum. Baru-baru ini, sebuah partai politik di Switzerland menciptakan kehebohan dengan cara menyelenggarakan jajak pendapat yang menentang pembangunan minaratul-masjid. Meskipun berbagai laporan menyebutkan, tidak semua penduduk lokal setempat memberikan suaranya, namun jajak pendapat tersebut telah dilaksanakan. Pihak pemerintah maupun setengah politisi merasa dibebani oleh masalah ini, dan perdebatan pun mulai timbul, apakah memang jajak pendapat tersebut harus diikuti.
Seberapa pun banyaknya pihak penentang mengatakan bahwa Jamaat kita tak berbuat banyak untuk Islam, mereka tak faham, adalah justru wujud Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang telah berhasil mempertahankan agama Islam dan menyelamatkan kaum Muslimin dari serangan Kristen.
Banyak ulama besar yang mengakui hal ini secara terang-terangan. Namun, atas pertimbangan keuntungan pribadi, mereka pun kemudian menentang beliau a.s.
Akan tetapi, sebagian lagi kaum penentang terpaksa harus mengakui, bahwa Mirza Ghulam Ahmad Qadiani (a.s.) tak pelak lagi telah dapat menguasai dan memukul mundur pihak Kristen.
Mereka mengatakan, kaum ulama Islam pada waktu itu tidak memiliki ilmu Al Quran maupun Bible sebaik Mirza Ghulam Ahmad Qadiani.
Dr. Israrul Haq telah mengakui hal ini secara terbuka baru-baru ini di dalam sebuah siaran TV. Apakah mereka menyadarinya ataukah tidak, adalah ilmu Al Quran Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dan bantuan Allah Taala yang memberi keberhasilan tugas besar beliau. Tak pelak lagi, inilah maksud Allah Taa menjaga al-Dzikra (Qur’an)-Nya dan memukul mundur pihak musuh. Ini berkat nur yang beliau telah berhasil dapatkan dari nur Rasulullah Saw, dan Kitab Al Qur’an Karim, dan ilmu hikmahnya yang tak ternilai untuk zaman ini.
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, Al Qur’an Karim disebut al-Dzikra (Pengingat) karena isinya mengandung peringatan yang sesuai dengan panggilan jiwa manusia. Pada hakekatnya Al Qur’an tidak membawa sesuatu ajaran baru, melainkan sebagai pengingat kembali fitrat baik yang sudah tertanam di dalam tiap-tiap jiwa manusia, namun berbeda-beda kemampuannya. Fitrat tersebut antara lain adalah sabar, pengorbanan, keberanian, obsesi, keras, gengsi, dlsb. Pendek kata semua fitrat yang sudah tertanam di dalam diri tiap manusia tersebut terpanggil oleh Al Qur’an.
Huzur bersabda, oleh karena itu sangat penting pula untuk banyak membaca Al Qur’an agar fitrat suci yang sudah ada akan lebih dicerahi lagi oleh nur petunjuk di dalamnya. Maka jika pelaksanaan ajarannya gagal, artinya penguasaan ilmunya saja tidaklah mendatangkan faedah apa-apa.
Demikian banyak Dai kondang maupun mufasir Qur’an di luar Jamaat, namun jika amal perbuatan mereka tidak mencerminkan falsafah ajaran sebagaimana yang telah diberikan oleh Imam Zaman, semua itu merupakan permukaan kulit belaka. Pelaksanaan ajaran Al Qur’an Karim dapat terlihat hanya apabila kewajiban terhadap haququllah maupun haququl ibad telah dimuliakan.
Membaca berbagai perintah di dalam Al Qur’an dan mengingatnya secara lahir dan batin menuntut, kesemua perintah-Nya tersebut juga dipraktekkan.
Difirmankan Allah di dalam Al Qur’an Karim,
فَٱعۡبُدۡنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِڪۡرِىٓ
‘…maka dirikanlah Salat untuk mengingat-Ku.’ (Q.Surah 20 / Tha Ha : 15).
Salah satu perintah utama di dalam Al Qur’an adalah mendirikan Salat. Dan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. telah bersabda, tak ada amal ibadat yang lebih besar ganjaran pahalanya selain mendirikan Salat; yang juga akan menghilangkan segala penderitaan dan duka nestapa manusia, serta mengatasi segala kesulitan mereka.
Allah Taala memfirmankan,
أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ
‘…Ketahuilah! Dengan mengingat Allah, qalbu-mu menjadi tenteram;’ (Q.Surah 13 / Al Rad : 29).
Huzur bersabda, seringkali orang menyurat kepada saya mengenai perkara ini, dan saya sudah menjawabnya beberapa kali, dan dengan ini sekali lagi saya sampaikan: Salat adalah amal ibadat yang ter-afdhol.
Ciri khas mereka yang dadanya telah terbuka bagi Islam adalah, diri mereka memiliki nur. Senantiasa berdzikrullah, rajin beribadat kepada-Nya, dan itaat kepada segala perintah-Nya. Ketiadaan aspek ini akan sedikit demi sedikit membuat qalbu menjadi keras. Ini pulalah mengapa sebabnya hati mereka yang tidak mau menerima Islam pun menjadi keras.
Adalah wajib bagi seorang Mukmin untuk mendirikan Salat ketika ia ingat kepada Allah.
Semoga amal ibadah Salat kita dapat mendatangkan keridhaan Allah Swt. Semoga kita dapat mendirikan Salat kita dengan dawam, sehingga dunia pun dipenuhi dengan dzikrullah yang sejati.
Semoga Allah Taala menyelamatkan kita dan generasi penerus kita dari kesesatan; sebaliknya semoga kita dapat menjadi pewaris Nur Ilahi yang sejati.
Selanjutnya Huzur mengumumkan Jalsah Salanah Qadian insya Allah akan dimulai besok. Perlu banyak didoakan, semoga Allah Taala memudahkan seluruh pesertanya untuk mendirikan Salat dan berdzikir Ilahi, baik ketika sedang di dalam maupun di luar Jalsah. Hendaknya mereka memenuhi kota kelahiran Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dengan banyak-banyak berdoa sedemikian rupa, sehingga berbagai karunia dan berkat Allah Taala pun menghujani mereka.
Semoga atmosfir kota Qadian dipenuhi dengan dzikir Hamd (puji Allah) dan Durud (shalawat kepada Rasulullah Saw) sehingga menjadikan seluruh peserta Jalsah memperoleh nur-Nya yang sejati.
Kaum Ahmadi di seluruh dunia hendaknya mendoakan mereka, semoga dengan karunia Allah Taala, Jalsah Qadian diberkati dalam segala. Seluruh pesertanya berada dalam perlindungan Allah, dan dijauhkan dari segala kemudharatan. Amin !

o o O o o


_____________

I
khtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba pada 25 Desember 2009, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK.
Translated By: MMA / LA12/27/09

Blogged with the Flock Browser