Selasa, 02 Maret 2010

Hikmah Tahun Baru

Huzur menilawatkan ayat 29 Surah Al Hadid berikut ini sebagai mukadimah Khutbah Jumah beliau: يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَءَامِنُواْ بِرَسُولِهِۦ يُؤۡتِكُمۡ كِفۡلَيۡنِ مِن رَّحۡمَتِهِۦ وَيَجۡعَل لَّڪُمۡ نُورً۬ا تَمۡشُونَ بِهِۦ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ‌ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬ yang terjemahannya adalah sebagai berikut: ‘Hai orang-orang yang beriman ! Bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya; maka Dia akan menganugerahkan kepadamu dua bagian dari rahmat-Nya, akan menyediakan bagimu nur, yang dengannya kamu akan berjalan, dan Dia akan mengampuni kamu — dan Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang —‘ (57:29). Huzur bersabda, dengan karunia Allah Taala, hari ini adalah Hari Pertama di tahun 2010 yang mana Allah Taala berkenan memasukkan kita ke dalam awal Tahun Baru 2010 ini dengan Hari Jumat yang berberkat. Oleh karena itu, semoga tahun ini dan juga setiap tahun yang akan kita jelang membawa berbagai keberkatan bagi setiap orang Ahmadi. Amin ! Orang saling mengucapkan selamat sehubungan dengan Tahun Baru ini, namun bagi orang Mukmin, setiap tahun dan setiap hari di dalamnya diberkati apabila taubat mereka diterima dan maqom rohaninya meningkat. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, Hari Id yang hakiki adalah hari ketika kita dikaruniai maghfirah-Nya dan juga hari-hari selanjutnya yang dipenuhi oleh ilmu kerohanian. Hari-hari yang berberkat adalah hari-hari yang dapat membawa kepada peningkatan maqom rohani; yang dapat menarik perhatian kepada pemenuhan kewajiban haququllah dan haququl ibad; yang dapat mencurahkan segala kemampuan untuk mencari keridhaan Allah Taala; yang dipenuhi dengan berbagai ikhtiar untuk mencapai qurb Ilahi. Pendek kata, tahun-tahun kita yang berberkat adalah apabila kita berusaha untuk mencapai semua tujuan itu dengan keikhlasan yang sempurna. Hari ini adalah Hari Jumat yang merupakan hari yang paling berberkat sebagaimana telah disabdakan Rasulullah Saw beberapa kali. Namun hendaknya pun diingat, hanya orang Mukmin hakiki-lah yang mampu memperoleh berbagai macam faedahnya, sedangkan mereka yang tidak mukmin tentunya tidak mendapatkan keberkatan tersebut. Orang mukmin hakiki akan berusaha keras agar pada hari Jumat yang berberkat ini menjadi hari najat, keselamatannya, yakni, disebabkan ia senantiasa ingat akan sabda Rasulullah Saw, bahwa ada suatu saat tertentu pada waktu salat Jumat, orang Muslim yang memohon sesuatu kepada Allah, akan dikabulkan. Huzur bersabda, hari pertama Tahun Baru yang jatuh pada hari Jumat ini menjadi semakin bermakna bagi orang mukmin hakiki, yakni, ia akan mengisinya dengan banyak-banyak berdoa, mempererat hubungannya dengan Allah Taala. Kita menyambut malam Tahun Baru dengan menyemarakkannya dengan banyak-banyak berdoa, Sedangkan mereka yang ghair-Mukmin atau mereka yang tidak menyadari makna keberkatan hari Jumat, menghabiskan waktu mereka di berbagai tempat hiburan yang mubazir, mendatangi dukun peramal, ataupun meminum-minuman beralkohol. Kita beruntung karena kita berasal dari umat Rasulullah Saw yang merupakan wujud nur Ilahi yang telah menunjukkan berbagai macam cara untuk memperoleh ridha Ilahi. Demikian cintanya beliau kepada Allah, sehingga Allah pun menyatakan akan mencintai mereka yang mengikuti beliau dengan sepenuh ikhlas. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, siapa lagi yang lebih berhak mengumpamakan 'nur' kepada diri beliau Saw – selain dari Allah Swt – sebagaimana firman-Nya di dalam Al Qur’an, قَدۡ جَآءَڪُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٌ۬ وَڪِتَـٰبٌ۬ مُّبِينٌ۬ ‘…Sesungguhnya telah datang kepadamu Nur dari Allah…’ (Q. Surah 5 / Al Maidah : 16). Dan Rasulullah Saw telah mengajari kita kiat terbaik untuk mengambil berkat karunia nur Ilahi ini yang terkait dengan hari Jumat, sebagaimana sabda beliau, ‘Di antara hari-hari yang terafdhol bagi engkau adalah hari Jumat. Oleh karena itu perbanyaklah Shalawat kepadaku karena shalawat-shalawat engkau yang disampaikan pada hari Jumat akan diterima Allah Taala dengan penuh kesukacitaan'. Shalawat yang disampaikan dengan penuh ikhlas dan cinta itulah yang benar-benar akan sampai kepada Allah, karena telah memperoleh syafaat dari Rasulullah Saw. Adalah berkat cinta sejati nan mulia Rasulullah Saw dan penyampaian shalawat yang tak terbilang Hadhrat Masih Mau'ud a.s. kepada beliau Saw yang membuat diri beliau memperoleh derajat sebagai Al Masih Al Madi dan bentangan-bentangan nur cahaya Ilahi pun turun dari langit ke bumi. Kemudian beliau pun menasehati mereka yang telah ber-bai’at, bila mereka ingin agar bai’at-nya diterima, perbanyaklah membaca shalawat kepada Rasulullah Saw. Maka sebagai berkatnya, mereka pun akan memperoleh bagian nur-Ilahi tersebut sesuai dengan kapasitas masing-masing; kemudian menempatkan kehidupan bahagia mereka di dunia ini dan juga di akhirat nanti, sesuai dengan urutannya. Sebuah Hadith meriwayatkan, ‘Hari yang terbaik ketika matahari terbit adalah hari Jumat, Pada hari Jumat-lah Adam diciptakan; dipersilakan masuk ke dalam Jannah; dan juga dikeluarkan daripadanya’. Huzur menerangkan, orang Muslim dapat memperoleh ganjaran pahala ataupun diganjar hukuman pada hari Jumat. Maka terserah kepada anak cucu Bani Adam apakah mereka mau memanfaatkan keberkatan hari Jumat ini. Bila mereka memuliakan kesucian hari tersebut, banyak beramal shalih; beribadat dan banyak mengucapkan shalawat, maka kehidupan mereka di dunia ini laksana kehidupan surgawi, dan mereka pun mendapatkan kabar suka di Akhirat nanti. Tetapi sebaliknya, jika mereka berkecimpung dalam perbuatan munkar maka kehidupan mereka pun bagai di dalam Neraka, pun demikian kabar buruk kehidupan mereka kelak pun adalah Neraka jahanam. Ribuan shalawat atas diri engkau yang telah menunjukkan kepada kami bani Adam, berbagai jalan menuju ke Jannah-Nya. Hikmah keberadaan hari Jumat – apakah dimasukkan atau dikeluarkan dari Jannah – adalah sepenuhnya tergantung kepada amal perbuatan manusia masing-masing. Mengenai jannah di dunia ini dan juga Jannah di Akhirat nanti, Al Qur’an Karim menyatakan, وَلِمَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ yang artinya: ‘Dan bagi orang yang takut pada Keagungan Tuhan-nya ada dua Jannah —‘ (55:47). Hadhrat Masih Mau'ud a,s, meneraangkan tentang hal ini: Orang yang menjauhi segala macam dosa dikarenakan takutnya kepada Allah dan hisab-Nya, niscaya akan memperoleh dua Jannah. Pertama, ia dikaruniai kehidupan surgawi di dunia ini juga; dikarenakan ia melakukan inqilabi haqiqi, atau perubahan suci di dalam dirinya pada kehidupan dunia ini, maka Allah Taala pun mempedulikan segala macam kebutuhan dan keinginannya. Kedua, ia dikaruniai Jannah yang hakiki di Akhirat kelak disebabkan dapat mengatasi segala macam godaan dan menjauhi segala macam perbuatan dosa dikarenakan takutnya kepada Allah, dan ia mendahulukan kepentingan Allah di atas segalanya. Huzur bersabda, pada hari ini Allah Taala telah memberi kita suatu peluang emas untuk mengisi hari pertama di Tahun Baru 2010 ini dengan banyak beribadat. Berdoalah untuk keperluan diri sendiri; untuk seluruh keluarga; untuk Ahmadiyah, untuk Islam yang hakiki. Berdoalah untuk lingkunganmu, untuk masyarakat dan untuk tanah airmu. Orang mukmin sejati senantiasa mendoakan negeri dimana ia menjadi warga negaranya. Inilah salah satu kewajiban yang diamanatkan kepada kaum Ahmadi. Sekarang ini keselamatan dunia dan umat manusia yang mengarahkan kepada kehidupan surgawi adalah terletak pada doa-doa kaum Ahmadi. Namun bila kita sendiri tidak berjalan di atas berbagai jalan muttaqi ini, bagaimana mungkin kita dapat menunjukkannya kepada dunia ? Allah Taala mewahyukan kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s.: ‘Khalaqa Adama, fa-aqrama, jairullahi fi-khurilahil anbiya'i, bushra-laka Ya Ahmad'i, yakni, Dia-lah yang menjadikan Adam lalu memberinya derajat kemuliaan. Wahai pecinta Allah dalam jubah para Nabi, kabar suka atas engkau, wahai Ahmad-Ku.’ (Tadhkirah, hlm. 793). Hadhrat Masih Mau'ud a.s. menerangkan tafsir wahyu ini sebagai berikut: Yang dimaksud dengan jairullahi fi-khurilahil anbiya'i, yakni Wahai pecinta Allah dalam jubah para Nabi; maksudnya adalah aku diberi karunia sejumput sifat dan ciri khas seluruh Nabi-nabi dari sejak Adam a.s. hingga seterusnya; baik yang berada di dalam garis keturunan Bani Israil maupun di luarnya. Tak ada satu pun sifat dan ciri khas tiap-tiap Nabi yang tidak dikaruniakan sebagian daripadanya kepada diri hamba ini. Pembawaan sifatku mewakili semua sifat Nabi-nabi. Inilah yang Allah Taala telah katakan kepadaku.’ (Tadhkirah hlm. 793-794 - Barahin Ahmadiyah, Bab V, hlm. 89). Huzur menambahkan, berkat kecintaan dan penghambaan beliau yang sempurna kepada Rasulullah Saw, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. dikaruniai pangkat kenabian tabi'i, sehingga beliau pun diberi nur-Ilahi yang tak berbatas. Oleh karena itu diharapkan, setiap Ahmadi akan mengisi waktunya dengan berbagai macam kesibukan untuk mendapatkan sebagian nur-Ilahi tersebut, sehingga menjadikan setiap hari dalam kehidupan kita memperoleh banyak berkat disebabkan banyak beribadat dan beramal shalih. Dengan karunia Allah Taala, hari ini Salat Tahajjud banyak dilakukan di berbagai masjid kita. Semoga ghairah rohani ini dapat berlangsung dengan dawam. Semoga setiap langkah ibadah kita memantapkan ketaqwaan; dan semoga pula ikhtiar kita di hari pertama Tahun Baru ini akan membawa berbagai kemajuan di sepanjang 365 hari berikutnya. Menerangkan kembali ayat 29 Surah Al Hadid yang telah ditilawatkan di awal Khutbah, Huzur bersabda: Hal ini merupakan akidah orang Mukmin yang tidak mempercayai beban hukuman atas kealpaan Hadhrat Adam a.s. dan anaknya menuntut kematian terkutuk seorang anak manusia lainnya (Jesus Kristus, sebagaimana yang dipercayai oleh kaum Yahudi). Melainkan, kehidupan fitrat manusia adalah berikhtiar menuju ke peningkatan rohani seiring dengan keinginannya untuk melepaskan diri dari lingkungannya yang berdosa. Adalah suatu kebutuhan dunia untuk memahami hakekat menyambut suatu Tahun Baru bukanlah dengan cara bermabuk-mabukan, melainkan, dengan banyak berdoa, dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sepenuh ikhlas. Tahun Baru hendaknya disambut dengan taubatan nasuha dan banyak beristighfar; dengan cara mengkhidmati sesama manusia. Setiap diri manusia akan ditanyai segala amal perbuatannya masing-masing. Banyak tersedia berbagai macam cara untuk beramal shalih yang dapat dijadikan sumber kebaikan bagi kehidupan di dunia ini maupun di Akhirat nanti. Taqwa dan keitaatan sempurna kepada Rasulullah Saw dapat membuat orang mukmin dikasihi Allah dan mendapatkan dua ganjaran pahala, serta nur hidayah-Nya. Yang dimaksud dengan dua ganjaran pahala adalah, ...fiidunnya hasanataw-wafil akhirati hasanah..., yakni, segala yang baik di dunia ini dan juga di Akhirat nanti. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, mereka yang sabar dan istiqamah di jalan taqwa serta hidup laksana maut dalam kehidupan dunia disebabkan cintanya kepada Allah akan diberi suatu derajat pembeda. Mereka dikaruniai nur-Nya yang tampak pada amal perbuatan serta akhlak mereka. Nur-Ilahi terlihat dalam pertimbangan mereka yang arif bijaksana dan setiap langkah mereka; jalan mereka menjadi nur. Pendek kata, mereka senantiasa berada di dalam sorotan nur cahaya yang mencerahi. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, taqwa dan kejahiliyahan tak dapat berdampingan meskipun ketaqwaan dapat meningkat ataupun menurun sesuai dengan pandangan dan kedalaman rohani seseorang. Huzur bersabda, tak peduli apakah orang Ahmadi tersebut berpendidikan tinggi ataukah tidak, apakah banyak atau sedikit saja ilmu agamanya, bila mereka teguh dalam ketaqwaan mereka, maka mereka pun akan menghindari keaniayaan atas diri mereka. Adalah amal perbuatan diri sendiri yang mendatangkan keridhaan atau kemurkaan Tuhan, sebagaimana dinyatakan di dalam Al Qur’an, وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَـفْسٍ اِلَّا عَلَيْهَا‌ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى‌ۚ yakni, ‘…dan tidak pula orang memikul beban orang lainnya…’ (Q. Surah 6 / Al An'Aam : 165). Fitrat manusia tak pernah cukup bersyukur kepada Allah. Maka satu-satunya cara adalah senantiasa ingat kepada-Nya untuk selalu bersyukur. Dan dalam hal ini, Allah Taala telah mengajari kaum Mukminin sejati satu doa yang makbul ini; رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةً۬ وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ حَسَنَةً۬ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ yakni, ‘…‘Ya Tuhan kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan hindarkanlah kami dari azab Api neraka.’ (Q. Surah 2 / Al Baqarah : 202). Doa ini adalah doa kaum Mukminin yang senantiasa mencari segala hal yang baik di dunia maupun Akhirat. Yakni, tidak hanya sekedar memohon kesejahteraan duniawi dalam doa-doa mereka ketika menyambut Tahun Baru, melainkan juga bagi peningkatan maqom kerohanian mereka. Dan mereka pun tidak mendambakannya bagi mereka sendiri, melainkan juga bagi orang lain. Doa ayat Al Quran ini adalah doa yang bersifat menyeluruh, yakni, mohon diberi hasanah yang bersifat jangka pendek maupun yang kekal. Hadhrat Rasulullah Saw senantiasa membaca doa ini. Doa ini berkhasiat untuk menghindarkan diri kita dari ancaman api neraka dunia bila kita mengindahkan kewajiban haququllah dan juga haququl ibad. Huzur menerangkan, umat manusia sekarang ini tengah mengalami 'azab api neraka' dunia; Begitu banyak penderitaan, nestapa, kesusahan, peperangan dan lain sebagainya. Semua itu adalah gambaran 'azab api neraka' sebagaimana yang kini sedang terjadi di Pakistan dan Afghanistan. Baru beberapa hari yang lalu kobaran api terjadi di Karachi, yang merupakan 'neraka' bagi para korban. Sebenarnya peristiwa tersebut merupakan 'azab api neraka' bagi seluruh negeri karena telah memporak-porandakan perekonomian negara tersebut. Oleh karena itu manusia hendaknya berlindung dari ancaman azab api neraka dunia ini. Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda: Taubat bukanlah sesuatu yang muluk atau mubazir, melainkan, justru sangat berfaedah bagi kehidupan di dunia ini maupun di Akhirat nanti. Di dalam doa ‘Rabbanaa atina fiidunnya hasanataw-wafil akhirati hasanah...’, pada perkataan Rabbana, yakni, 'Wahai Tuhan kami' mengandung arti permohonan taubat. Namun, untaian kata tersebut juga menunjukkan kepenatan manusia terhadap rabbs atau sesembahan lain yang mereka ciptakan sendiri, sehingga mereka pun beralih kepada Rabb atau Tuhan mereka yang sejati. Manusia cenderung menciptakan banyak rabb atau sesembahan palsu, seperti: Pernyataan bertuah, Program canggih, Kelebihan ilmu ataupun kekuatan fisik, Kecantikan, Harta kekayaan, dan lain sebagainya. Terkecuali meninggalkan semua itu, dan kembali ke Allah Al Wahid, manusia tak dapat mengenali sepenuhnya Rabb mereka yang hakiki. Tanpa melakukan usaha ini, sulitlah untuk benar-benar menjadikan Allah sebagai Rabb mereka yang sejati. Akhirnya Huzur mendoakan, semoga Allah senantiasa memberi kita hasanah fiidunnya wal akhirah dan juga dihindarkan dari azab Akhirat. Semoga Allah Taala memudahkan kita untuk senantiasa melangkah di berbagai jalan amal yang shalih. Semoga Tahun Baru ini dan juga Tahun-tahun yang akan datang senantiasa memberi keselamatan kepada Jamaat dan jamaahnya dari berbagai macam derita dan kesusahan; melainkan membawa berbagai kebaikan. Semoga pula kita dapat mempraktekkan jiwa taqwa dengan sebenar-benarnya dan memperoleh bagian nur yang telah dibawakan oleh Rasulullah Saw. o o O o o Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba pada 1 Januari 2010, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK Translated By: MMA /LA, 4th January 2010
Blogged with the Flock Browser