Selasa, 01 Desember 2009

Sifat Al Wali Allah Swt (bagian 5)

Salah satu dari perwujudan sifat Al Wali Allah Swt adalah dalam bentuk para pengikut dan pengkhidmat para Rasul Allah yang muttaqi, yakni betapa Allah Swt mewujudkan sifat Sahabat dan Maula (Pelindung) bagi hamba-Nya; maka begitupun sebaliknya manusia seharusnya menjadi wali atau sahabat Allah yang sejati. Sudah barang tentu, derajat tertinggi sebagai Waliullah ini dikaruniakan kepada Rasulullah Saw, sebagaimana firman Allah ini,
نَحْنُ اَوْلِيٰٓـؤُکُمْ فِىْ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِىْ الْاٰخِرَةِۚ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِىْۤ اَنْفُسُكُمْ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَؕ‏
‘Kami adalah Sahabat Penolong-mu dalam kehidupan dunia dan Akhirat. Dan bagi kamu di dalamnya apa yang didambakan oleh rohanimu dan juga segala apa yang kamu minta.’ (Surah 41/Ha Mim Sajdah, ayat 32).

Insan yang paling dikaruniai oleh pernyataan Allah Taala ini adalah Rasulullah Saw; orang yang paling dikasihi-Nya; wujud yang karenanya alam semesta ini diciptakan; dan yang oleh karenanya Allah Taala mewujudkan sifat Al Wali-Nya sejak beliau lahir hingga ke liang lahat. Allah Taala memberikan jaminan kepada beliau sebagai berikut:
وَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
‘…Dan Allah akan melindungi engkau dari manusia…’ (S.AlMaidah:68); yakni Allah Taala melindungi Rasulullah Saw dari segala macam ancaman marabahaya.

Ketika bersembunyi dalam sebuah goa kecil dalam perjalanan Hijrah dari Mekkah ke Madinah, Rasulullah Saw meyakinkan Hadhrat Abu Bakar r.a. dengan ucapan:
لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا‌ۚ
‘…Janganlah engkau bersedih, karena sesungguhnya Allah beserta kita…’(S.At Taubah:40).

Disebabkan kekuatan daya quwwat qudsiyyah Rasulullah Saw, perwujudan sifat Al Wali Allah Swt kepada kaum mukminin dapat terlihat juga di antara para sahabah beliau. Ketika Allah Taala mengutus Hadhrat Masih Mau'ud a.s., beliau pun banyak menyaksikan berbagai peristiwa betapa Allah Taala telah menjadi Wali beliau a.s..

Di antara salah seorang sahabah Rasulullah Saw, Hadhrat Zubair bin Abdullah bin Zubair meriwayatkan, bahwa ayahnya berfirasat bahwa dirinya akan syahid dalam suatu peperangan. Maka beliau pun berwasiat agar segera melunasi hutang-hutangnya dengan cara menjual harta benda miliknya. Beliapun memberikan beberapa perintah khusus lainnya. Ia menasehati anaknya itu, manakala ia menghadapai menghadapi masalah pembayaran hutang, berdoalah meminta bantuan Sang Maula (Pelindung) beliau. Maka Abdullah bin Zubair pun bertanya kepada ayahnya itu, siapakah Sang Maula beliau ? Beliau menjawab: Dia-lah Allah ! Dikisahkan kemudian, setiap kali anaknya ini menghadapi kesulitan membayar hutang-hutangnya, ia pun berdoa: ‘Wahai Sang Maula Zubair, bantulah aku untuk melunasi hutang-hutangnya’. Ternyata kemudian, persoalannya itu dapat teratasi.

Suatu hari, beberapa orang Sahabah Rasulullah Saw diminta oleh suatu suku yang licik untuk mengajari mereka tarbiyat pengetahuan agama. Namun kemudian mereka mensyahidkan semuanya. Salah seorang Sahabah tersebut adalah Ahsan bin Thabit r.a.. yang akan mereka penggal kepalanya untuk direndam di dalam alkohol kemudian diminum oleh seorang wanita kaum kufar tersebut disebabkan Ahsan bin Tsabit ini telah menewaskan dua orang anaknya pada Perang Uhud. Akan tetapi, sekawanan lebah penyengat menghalang-halangi niat buruk mereka untuk mendekati jenazah Ahsan yang sudah tergeletak di tanah. Mereka pun memutuskan akan kembali lagi di malam harinya. Namun kemudian hujan deras datang mengguyur hingga terjadi banjir bandang yang menhanyutkan jenazah Ahsan tersebut. Diriwayatkan, ini dikarenakan ketika baiat masuk Islam. ia berikrar bahwa dirinya tidak akan menjahili jenazah seorang pun kaum kufar; begitu pun sebaliknya, mereka tak akan menjahili jenazahnya manakala disyahidkan. Ketika Hadhrat Umar r.a. yang kemudian menjadi Khalifah dikabari peristiwa ini, beliau berujar: 'Allah Taala melindungi (al Wali) kaum mukminin’. Demikianlah betapa Allah Taala telah melindungi jenazah Ahsan bin Tsabit r.a..

Suatu kali, Rasulullah Saw mengirimkan serombongan Sahabah dalam suatu tugas ekspedisi dengan hanya berbekal sekarung kurma; sehingga akhirnya setiap orang Sahabah itu hanya kebagian satu butir kurma, itupun hanya untuk diisap-isap supaya awet. Setelah tak ada lagi makanan, mereka pun merendam beberapa jenis dedaunan yang ditemui untuk kemudian dimakan. Sampai akhirnya, mereka menemukan seekor ikan besar di tepi pantai. Namun, dikarenakan sudah mati, mereka memutuskan tidak akan memakannya. Tetapi ketika mereka sadar, bahwa mereka tengah ditugaskan oleh Rasulullah Saw, dan sedang dalam keadaan terdesak, oleh karena itu mereka merubah keputusan, yakni akan memakannya. Ikan tersebut demikian besar hingga cukup untuk sebulan. Bahkan minyaknya pun dapat dimanfaatkan. Tak pelak, kiriman ransum ini adalah dari Allah Taala. Ketika sudah kembali di tempat, mereka melapor kepada Rasulullah Saw, yang menjawab, bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang benar.

Demikianlah cara Allah Taala menolong para Sahabah Rasulullah Saw. Allah Taala menyatakan kepada mereka beriman sempurna kepada-Nya, yang yakin sepenuhnya dan bertaqwa sejati kepada-Nya, sebagai berikut,
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
‘Dan, Dia akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka…’ (S.Ath Thalaq:4).

Allah Taala memenuhi berbagai macam janji-Nya kepada kaum mukminin di dunia ini dan memperkuat keimanan mereka, juga di akhirat nanti. Dan untuk memenuhi janji-Nya sebagai berikut,
وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ
‘Dan begitu pula kepada kaum lain di antara mereka, yang belum pernah bertemu dengan mereka…’ (S.Al Jumah:4), Allah Taala mengutus Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. lalu mengaruniai kaumnya dengan perwujudan sifat-Nya sebagai Al Wali bagi mereka.

Dr. Idrud Din sahib mendengar dari seseorang, bila ingin menjadi seorang wali’ullah, pergilah ke Qadian. Maka beliau pun segera mengirimkan surat pernyataan baiatnya kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s..

Maulana Ghulam Raziki sahib menuturkan, bahwa beliau sering berbincang-bincang dengan sahabatnya, Chaudhry Nawab Khan mengenai keagungan rohani Hadhrat Masih Mau'ud a.s.. Suatu kali mereka berbincang mengenai hal yang terkait dengan Hadhrat Maulana Nuruddin r.a., yakni ketika beliau ditanya apa yang didapatkan setelah baiat kepada Hadhrat Masih Mau'ud a.s. mengingat diri beliau sendiri sudah berderajat rohani istimewa (Maulana) ? Beliau r.a. menjawab: Banyak hal lain lagi yang berhasil dapatkan, dan yang paling bermakna adalah jika sebelumnya hamba ini mendapat karunia melihat Rasulullah Saw dalam mimpi ketika sedang tidur, kini setelah baiat, hamba dapat melihat Hadhrat Rasulullah Saw bahkan ketika masih dalam keadaan terjaga. Kemudian beliau menambahkan, faedah lainnya setelah menjadi sahabah Hadhrat Masih Mau'ud a.s., cinta duniawi enyah dari kalbu.

Chaudhry Allah Daard sahib suatu kali bertanya kepada Maulana Ghulam Raziki apakah benar dengan membaca suatu doa tertentu dapat membantu mengatasi masalah keuangan ? Beliau menjawab: Benar ! Suatu kondisi rohani tertentu dapat membantu masalah ini teratasi, Kemudian beliau menawarkannya kepada Chaudhry Allah Daard bila beliau mengalami suatu kondisi rohani tertentu, beliau akan menuliskan doa khas yang didapat lalu memberikannya kepada Chaudhry Allah Daard; lengkap dengan pesan agar selalu membawanya. Maka Daard sahib pun menyimpan tulisan doa tersebut di dalam lipatan sorbannya. Alhamdulillah, Allah Taala mengabulkan doa tersebut sedemikian rupa, sehingga ia memperoleh berkatnya sepanjang tahun. Namun kemudian, karena satu dan lain hal, tulisan doa tersebut hilang, maka kemustajabannya pun berakhir.

Hakim Muhammad Ismail sahib menuturkan, ketika anaknya dikhitan, secara tak sengaja salah satu pembuluh darahnya ikut terpotong sehingga sang bayi menjadi demikian menderita disebabkan banyak kehilangan darah. Panik oleh situasi darurat tersebut, ia pun begegas kesana kemari mencari obat; namun kebetulan berpapasan dengan Maulwi Sher Ali sahib, maka ia pun menyampaikan hal musibah tersebut kepada beliau sambil memohon doa. Maulwi Sher Ali sahib segera mengangkat kedua-tangan beliau untuk berdoa. Ketika sang ayah ini sudah kembali di rumah, ia menyuruh istrinya untuk menyusui sang bayi tersebut. Yang segera saja ia Iahap sebagaimana bayi sehat layaknya.

Muhammad Hussain Jhelumi sahib mengisahkan, ada seorang wanita ghair-Ahmadi yang telah lama menikah namun belum dikaruniai seorang pun anak. Suatu hari ia mendengar Maulwi Sher Ali sahib sedang ada di kotanya, ia pun bertanya apakah beliau dapat memberikan sesuatu isim (azimat) ? Muhammad Hussain Jhelumi sahib menjawab, tak ada; namun Maulwi sahib dapat dimintai doa. Setahun setelah didoakan, wanita itu dikaruniai seorang anak laki-laki.

Maulana Ghulam Raziki menuturkan, berkat pengkhidmatan Tablighnya, beliau dikaruniai keluhuran rohani sehingga doa-doanya cepat terkabul. Suatu hari, Chaudhry Allah Daard sahib, yang belum menerima kebenaran Islam Ahmadiyah dan menderita penyakit asthma yang sudah khronis mengeluhkan keputus-asaannya terhadap penderitaannya itu. Ia berkata sudah berusaha dengan berbagai cara untuk mengobatinya, namun dokter mengatakan jenis penyakitnya itu tak bisa disembuhkan. Maulana Ghulam Raziki menyergah, putus asa dan iman tak mungkin dapat bersatu. Kemudian beliau pun meminta segelas air lalu berdoa sambil menyebut-nyebut sifat Allah Al Shafi (Yang Menyembuhkan) sedemikian khusunya, Tak lama kemudian setelah meminumnya, Chaudhry Allah Daard sahib sembuh total, tidak pernah menderita penyakit asthma lagi.

Huzur menyampaikan satu peristiwa lain yang terkait dengan kemakbulan doa-doa Maulana Ghulam Raziki, yakni, ada sejumlah ghair-Ahmadi di desa tetangganya mendengar kemakbulan doa beliau datang menemui untuk memohon doa untuk anggota keluarganya yang tengah menderita penyakit tuberculosis. Ayah Maulana Ghulam Raziki meminta beliau agar datang saja ke desa orang-orang tersebut dan berdoanya di sana. Dengan karunia Allah Taala, tak lama setelah Maulana Ghulam Raziki mendirikan Salat pasien tersebut merasa lebih baik. Namun, meskipun penduduk desa itu percaya kepada Jamaat Ahmadiyah, mereka tidak mau baiat. Allah Taala mengabari Maulana Raziki sahib, bahwa sebenarnya orang tersebut dikaruniai kesembuhan sebagai bukti kebenaran Ahmadiyah, Maka, bila ia tidak mau baiat menerima kebenaran Islam Ahmadiyah ia akan mati pada suatu hari dan tanggal tertentu. Begitulah kehendak Ilahi, pasien yang sudah membaik tersebut kambuh lagi penyakitnya dan tepat pada tanggal yang sudah dikabar gaibkan, orang itu pun meninggal. Namun, sungguh mengherankan, keluarga tersebut tetap tidak baiat menerima kebenaran Islam Ahmadiyah.

Suatu hari datang seseorang untuk mencobai Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. yang sedang sibuk berpraktek pengobatan, lalu orang itu menitipkan uangnya sebanyak 200 Rupees untuk selama beberapa hari. Tak lama kemudian, datang pula seseorang yang lain lagi meminjam uang 100 Rupees kepada beliau. Maka beliaupun meminjamkannya dari uang titipan tersebut Dan menyimpan tanda terimanya bersama sisanya. Tak lama kemudian si penitip uang itu datang kembali seraya berkata bahwa ia berubah pikiran, ia ingin mengambil uangnya kembali dalam tempo satu jam. Lalu ia pun pergi. Ketika ia kembali, Hadhrat Maulana Nuruddin berkomentar: 'Adalah keliru percaya begitu saja kepada orang lain. Aku telah berbuat kekeliruan, namun lihatlah betapa Sang Maula-ku telah menolongku'.

Ketika orang itu pergi, dalam waktu satu jam itulah Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin r.a. tiba-tiba mendapatkan 100 Rupees dari sesuatu sumber lain, sehingga beliau pun dapat mengembalikannya dengan utuh.

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, 'Allah Swt menyatakan, barangsiapa memusuhi seorang insan yang telah menjadi wali-Nya, berarti orang itu menantang perang terhadap Tuhan.' Para Waliullah itu seumpama telah menjadi 'anak-anak Tuhan'. Maka apabila ada yang menentang mereka, hasrat Allah Taala untuk menjaga kemuliaan martabat mereka pun terbangkitkan. Waliullah adalah mereka yang telah mengabaikan dirinya dan segala keinginan pribadinya di jalan Allah untuk mengikuti segala kehendak-Nya. Maka apabila ada yang menentang seorang mukmin yang demikian, mungkinkah yang menentang tersebut dapat disebut mukminin ? Niat mencederai seorang wujud yang tengah mendapat tugas amanat Ilahi tak akan pernah membuahkan hasil.

Huzur bersabda, Allah Taala senantiasa menunjukkan ghairat-Nya terhadap kemuliaan martabat Hadhrat Masih Mau'ud a.s., dan senantiasa melanjutkan sunnah-Nya itu. Akan tetapi bagi mereka yang tidak mau menyadari kenyataan ini, tentulah tidak akan memahaminya. Hubungan erat Allah Taala dengan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. serta Jamaat beliau tetap berlangsung hingga hari ini. Allah Taala senantiasa memperlihatkan ghairat-Nya kepada para mukhlisin yang bersimpuh kepada-Nya, mendapatkan qurb-Nya lalu menjadi wali-Nya. Mereka yang mukhlis dalam mencari keridhaan Allah tidak akan pernah disia-siakan.
Huzur selanjutnya membacakan suatu doa panjang Rasulullah Saw. Kemudian mengumumkan syahidnya dua orang Ahmadi. Pertama, Rana Salim Ahmad sahib dari Jamaat Sangher, Pakistan yang disyahidkan kemarin ketika keluar dari masjid. Beberapa orang pengecut menembak beliau dari kejauhan. Almarhum adalah seorang pendidik, anggota Musi yang sangat aktif dalam Jamaat, serta mengelola sebuah sekolah yang sangat disukai masyarakat di daerahnya. Almarhum meninggalkan seorang istri, dua orang anak perempuan serta seorang anak laki-laki. Semoga Allah meninggikan maqom arwah almarhum dan memberikan ketawakalan kepada yang ditinggalkan. Kedua, adalah Giani Abdul Latif sahib, seorang Darwish yang meninggal beberapa hari yang lalu pada usia 82 tahun. Almarhum adalah salah seorang dari 313 Darwish zaman Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. yang menjaga Qadian. Ragam pengkhidmatannya di Jamaat antara lain adalah sebagai manager surat kabar Al Fazl. Tatkala [Jamaat] dilanda kesulitan ekonomi, beliau tetap ceria dan senatiasa menggembirakan orang-orang di Jamaatnya. Salah seorang anak beliau kini adalah Sadr Lajnah Jamaat Qadian, dan banyak lagi anak-anaknya yang berkhidmat di dalam Jamaat. Semoga Allah Taala senatiasa memudahkan mereka semua untuk mengikuti jejak langkah pengkhidmatan sang ayah. Semoga Allah Taala meninggikan maqom kedua almarhum. Selanjutnya Huzur mengumumkan akan mengimami Salat jenazah gaib bagi kedua arwah, bada Jumah.

o o O o o
Ikhtisar Khutbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V Atba pada 27 November 2009, di Masjid Agung Baitul Futuh, London, UK.

translated By: MMA / LA12/01/09
edited by: abunaweed